Kisah Di Balik Nama Permata Mutiara Maja ini memang belum banyak orang yang mengetahuinya, kecuali bagi mereka yang pernah membaca sumber tulisan ini. Atau orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pimpinan perusahaan PT. Bukitnusa Indahperkasa. Nah, penasaran kan ada apa sih dengan nama Permata Mutiara Maja? Makanya, yuk baca tulisan ini sampai tuntas ya..
Asal Mula Nama Permata Mutiara Maja
Bagi pimpinan PT Bukit Nusa Indah Perkasa, bapak Cornelius Widjaja, mengembangkan lahan seluas 200 hektare kawasan Kota Baru Maja itu seperti menepati janji lama pada kawan lama. Menurutnya, ada sejarah unik kenapa kawasan bernama Permata Mutiara Maja.
Cornelius pun bercerita, pada 1994, pendiri perusahaan tersebut yang tak lain adalah ayahnya sendiri, yakni Chandra Widjaja, tengah fokus mengembangkan kawasan Bogor Raya. Kawasan elit itu terdiri perumahan, perhotelan, serta sejumlah fasilitas hiburan dan olahraga kelas Internasional.
Akan tetapi, saat itu sang ayah mendapat teguran dari Menteri Negara Perumahan Rakyat Akbar Tanjung. Pak Menteri, kata Cornelius, meminta agar ayahnya tidak hanya fokus mengakomodasi kebutuhan properti kelas atas.
Beberapa waktu kemudian, Akbar Tanjung mengajak ayahnya menuju Maja, Provinsi Banten (waktu itu masuk wilayah Provinsi Jawa Barat) menggunakan kereta api diesel. “Sampai di sana, Pak Menteri langsung bilang ke Bapak, kamu bangun yang ini ya, 200 hektare.” Tutur Cornelius yang ketika itu ikut dalam rombongan, kepada bisnis.com, akhir pekan lalu. Kisah Permata Mutiara Maja
Sayangnya, lanjut Cornelius, krisis moneter pada 1998 sempat memukul para pelaku usaha tak terkecuali perusahaan milik keluarganya. Padahal, sejak mulai membangun pada 1995, sudah ada 50 unit yang terserap pasar dan dihuni hingga sekarang. Cornelius tak menampik, sejak saat itu, perusahaan masih mencari kembali waktu yang tepat untuk melanjutkan pengembangan perumahan Permata Mutiara Maja.
Langkah Strategis
Bermitra dengan Ben Hokk Property
Akhirnya, setelah resmi menggandeng salah satu agen konsultan dan pemasaran PT Ben Hokk Property pada Mei 2016. Perusahaannya kembali melakukan pemasaran dua cluster, yaitu Cluster Kalimaya 1 dan 2. Cluster Kalimaya 1 berisi 100 unit rumah dan Kalimaya 2 yang berisi 200 unit.
Presiden Direktur PT Ben Hokk Property Nurul Yaqin mengatakan, dalam memasarkan Permata Mutiara Maja tahun lalu. Pihaknya menghadapi tantangan untuk masuk pada kelas masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. Serta dengan misi sosial utama yakni menghidupkan Kota Baru Maja.
“Kami sangat apresiasi peran pengembang besar yang terlebih dahulu memasarkan perumahan di sini. Tapi kami juga tetap melakukan sejumlah langkah strategis agar misi sosial terhadap kontribusi penurunan angka defisit hunian tercapai,” ujarnya.
Langkah strategis tersebut antara lain, menjemput konsumen melalui pemasaran langsung baik aktif dalam ajang pameran maupun langsung mendatangi kantor, pabrik, bahkan pasar-pasar. Hasilnya, dalam tiga bulan, klaster Kalimaya 1 dan 2 sebanyak 300 unit berhasil terserap pasar. Sedangkan hasil penjualan hingga awal Februari 2017 sudah pada angka 700 unit dengan sisa unit yang tersedia sebanyak 320 hunian.
Kerjasama dengan Developer Lain
Tak hanya itu, kata Nurul, perusahaan juga sedang menunggu hasil kesepakatan dengan Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah daerah Lebak untuk pembelian satu klaster khusus bagi karyawannya. “Kalau berhasil, kami akan buat klaster khusus Kementerian Dalam Negeri yang dapat merangkum 300-400 unit rumah subsidi maupun komersial tergantung permintaan nantinya.”
Nurul menilai, strategi perusahaan ini tak hanya berhasil menjangkau masyarakat untuk kenal dan tinggal di Maja. Tetapi juga mendorong pengembang lain mulai membangun. Hingga akhir tahun ini, ada sekitar lima pengembang baru yang akan mulai memasarkan produk yang mereka bangun di Maja.
Sementara itu, hasil penelusuran Bisnis sejak penandatanganan nota kesepahaman antara pemerintah pusat serta pemerintah daerah terkait dan Direktur Utama Perum Perumnas, Presiden Direktur PT Mandiri Nusa Graha Perkasa, Direktur Utama PT Hanson International Tbk., dan Direktur PT Mitra Abadi Utama untuk pengembangan Maja pada Juni tahun lalu belum terlihat hasil yang signifikan.
Selain, PT Bukit Nusa Indah Perkasa, ada PT Hanson International Tbk. melalui anak usahanya PT Mandiri Megah Jaya bekerja sama dengan Ciputra Group yang aktif mengembangkan proyek di sana. Cornelius mengaku, pihaknya juga telah melakukan kesepakatan dengan Gubernur Banten Rano Karno untuk membangun 2.000 unit rumah bersubsidi bagi MBR. Kisah Permata Mutiara Maja
Pengembangan Infrastruktur
Menurut dia, perusahaan masih akan memegang komitmen menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat menengah bawah. Sembari menunggu konsistensi pemerintah pada proyek Kota Baru Maja.
Sejauh ini, pemerintah cukup mengakomodasi kebutuhan pengembangan kawasan tersebut dengan dilakukannya peremajaan Stasiun Maja, pasar tradisional, dan rencana pembangunan Jalan Raya Pamulang-Maja sepanjang 40 kilometer. Belum lagi, pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja yang akan memudahkan akses menuju Kota Maja.
Pembentukan Organisasi Pengelola Kota Maja
Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Rido Matari Ichwan mengatakan, sejauh ini pemerintah masih merumuskan pembentukan organisasi pengelolaan Kota Baru Maja yang tepat. Maja saat ini menjadi tanggung jawab sejumlah pihak, di antaranya pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten, empat pemerintah kabupaten/ kota di dalamnya; pengembang, dan masyarakat umum.
“Ini sangat menarik bagi pemerintah. Untuk itu, kami mesti dapat mengakomodasi dengan merumuskan organisasi yang tepat di sana. Misalnya, perencanaan tata ruangnya. Biasanya cuma satu kabupaten satu RTRW di sana harus keempat nya masuk,” katanya.
Rido menuturkan, rumusan organisasi pengelolaan tersebut diharapkan rampung pada semester pertama tahun ini, sehingga pada paruh kedua sudah dapat dilaksanakan. Pasalnya, pembangunan perumahan dan infrastruktur saat ini sudah terus berjalan.
The Next BSD
Komisaris PT Mandiri Megah Jaya Tanto Kurniawan menuturkan, dalam mengembangkan proyek dalam satu kawasan. Ada tiga hal yang harus dipenuhi yakni, adanya permintaan, kesiapan pemerintah daerah, dan dukungan pemerintah pusat.
Tanto menilai, ketiga hal tersebut sudah berhasil dilakukan oleh Kota Baru Maja. Terbukti dengan langkah pertama perusahaan yang dimulai sejak 2014 kini masih mendapat sambutan yang tinggi. “Kita tidak bisa berharap dengan rencana perusahaan-perusahaan lain. Banyak pertimbangan yang mungkin masih mereka selesaikan. Namun, saya yakin Maja akan menjadi the next BSD ,” katanya.