Sejarah Maja, Kabupaten Lebak, Banten ternyata memang mirip dengan riwajat kerajaan Majapahit pada zaman dahulu kala. Dikutip dari buku oponimi Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Lebak, Ginandar ( diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tahun 2022) nama Maja merujuk pada keberadaan buah Maja di daerah tersebut.

Namun berdasarkan pengamatan mimin selama ini belum pernah ditemukan adanya pohon Maja (Aegle Marmelos) di sekitar Maja, yang ada tak lain adalah tumbuhan Berenuk (Crescentia cujete).
Kebanyakan warga sekitar Maja yang mimin tanyai bahkan tidak tahu apa bedanya Maja dengan Berenuk.Bagi mereka yang namanya buah Maja ya sama saja dengan buah berenuk. Hal ini memang keliru, tapi ya tidak perlu diperdebatkan karena memang sudah kadung salah kaprah.
Sejarah Maja Berdasarkan Peta 1927
Jika mengacu pada peta dari tahun 1927 yang terdapat dalam koleksi Dutch Colonial Maps di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, wilayah Maja menunjukkan transformasi besar sejak masa perkebunan hingga sekarang. Peta tersebut menunjukkan nama “Madja“, yang merupakan ejaan lama dari Maja, dan menggambarkan kondisi kawasan yang masih didominasi oleh lahan perkebunan serta dua aliran sungai yang melintasi daerah ini.
Pada peta 1927, terdapat informasi mengenai sebuah perkebunan yang dikelola oleh sebuah perusahaan besar, yang ditandai dengan tulisan “Og (Onderneming Ground) Rantjamalam”. Perkebunan ini terletak di selatan Stasiun Maja dan di sebelah barat Sungai Tjijinta, yang kini dikenal dengan nama Situ Cicinta. Berdasarkan peta saat ini, area yang dulunya merupakan perkebunan Og Rantjamalam diperkirakan berada di sekitar lokasi SMA Negeri 1 Maja.
Tak hanya itu, peta lama ini juga menunjukkan keberadaan Jalan Raya Maja, yang terletak di sebelah barat Sungai Cidurian. Jalan ini menghubungkan wilayah Lebak menuju Jasinga di Bogor, yang ternyata sudah ada sejak zaman kolonial. Sementara itu, jalan raya yang mengarah ke Tigaraksa di Tangerang terlihat belum terkoneksi dan terputus di kawasan Sungai Cidurian pada masa tersebut.
Dari peta yang ada, dapat disimpulkan bahwa Maja pada tahun 1927 masih sangat minim pemukiman. Penduduk hanya tinggal di sekitar jalur yang mengarah ke Stasiun Maja, yang masih dapat dijumpai hingga saat ini. Selain itu, ada juga pemukiman di sekitar jalur menuju Jasinga, yang dikenal dengan nama Tjibedil atau Cibedil, yang hingga kini masih eksis.
Evolusi Wilayah Maja
Peta 1927 menjadi saksi bisu atas perubahan besar yang terjadi di wilayah Maja. Dulu, Maja adalah kawasan yang didominasi oleh perkebunan dan sedikit pemukiman. Kini, Maja telah berkembang menjadi wilayah yang lebih padat dengan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang modern. Dari jalan raya yang menghubungkan berbagai wilayah hingga keberadaan berbagai institusi pendidikan seperti SMA Negeri 1 Maja, perubahan tersebut memperlihatkan betapa pesatnya transformasi wilayah ini.